Avara band kembali menunjukkan produktifitasnya dalam berkarya. Setelah merilis empat karya sebelumnya, tepat 14 September 2019 secara resmi merilis single teranyar mereka bertajuk “Kewatesin Kasta” lengkap degan video clipnya.
“Single ini kami buat ditahun 2013 dan baru tahun ini bisa kami rilis. Ini bicara moment bukan hal lainnya,” kata Indrawira, vocalis sekaligus gitaris saat sesi jumpa pers di kawasan Renon. Sabtu (13/9).
Lagu yang mengisahkan tentang hubungan yang berakhir karena perbedaan kasta ini diangkat berdasarkan inspirasi dari sekitar lingkungan Indra. Di Bali, permasalahan seperti ini menurut Indra masih banyak ditemui. “Ini bukan kisah nyata yang saya alami, tapi saya menyerap informasi disekitar saya kemudian saya tuangkan dalam sebuah karya,”sambungnya.
Lagu berdurasi sekitar 4 menit tersebut dibalut dengan genre slow rock khas Avara dan sepenuhnya menggunakan bahasa Bali. “Kami harap karya ini bisa diterima lebih luas dan masive lagi,”tegasnya.
Band yang terbentuk 2018 ini diperkuat oleh Indrawira (Gitar, Vocal), Gery (Gitar), Made Sugiantara (Bass) dan Gusde (Drum). Dalam perjalanannya, Avara sendiri tidak memiliki makna khusus menurut Indra nama itu tercetus begitu saja begitupin dengan personelnya yang sebenarnya bukan pemain baru. Masing – masing personel merupakan pemain musik yang sebelumnya telah tergabung dalam band ternama di Bali.
Manfaatkan Gadget Untuk Garap Video Clip
Tidak sampai disana, dari sisi video clip pun terbilang unik. Mereka mempercayakan penggarapan music videinya kepada Jibolba Baker dan DNJ Production yang seluruh frame di video tersebut memakai kamera handphone. “Awalnya mereka kaget dan mungkin ragu dengan tawaran kami, namun kami berusaha meyakinkan dan bersyukur hasilnya memuaskan,”ucap Bagus Windhi founder dari Jibolba Baker.
Ia menegaskan project ini bukan semata-mata sebagai pilot project atau main-main. Project itu sebagai bentuk protes dan motivasi kepada siapapun yang ingin berkarya. Menurutnya, beberapa kesempatan ketika dirinya mencoba unyuk mengajak orang untuk berkreasi hal pertama yang didengarnya adalah keterbatasan alat dan doktrin alat mahal. “Ini salah! Alat itu hanya pendukung, tapi ide dan kreatifitas dalam menyerap materilah yang menjadi hal utama,”tegasnya.
Disisi lain, Ida Bagus Hari Kayana Putra atau yang lebih dikenal sebagai Gus Hari selaku founder dari DNJ Production menambahkan project itu bukanlah ajakan untuk berpindah ke HP kemudian menjualnya dengan harga murah. Ia menegaskan, HP atau pun alat lainnya tetaplah memiliki fungsi sebagai alat saja yang dijual adalah ide atas apa yang telah direspon. “Jangan sampai kita buat ini kemudian hari muncul harga yang kesannya menghancurkan pasar, jangan disalah artikan,”terangnya.
Mereka berdua sepakat jika proses penggarapan video clip menggunakan hp ini tidaklah sulit, mereka memanfaatkan seluruh fiture pada hp. “Hp saat ini hampir semuanya sudah canggih, jadi jangan sampai ada lagi kata karena alat kreatifitas kita terhalang,”tegasnya.(Red/Pra/IMC)
ikuti kami di Google News