Bicara Musik

Kisah Perjalanan Limp Bizkit: Voklis “Nakal” dan Gitaris “Aneh”

Kisah Perjalanan Limp Bizkit

INIMUSIK.COM – Pernah dengar nama Limp Bizkit? Di penghujung 1990-an hingga awal 2000-an, dunia musik diguncang oleh kehadirannya, band nu metal asal Jacksonville, Florida, yang sukses memadukan energi rock dengan irama hip-hop. Bahkan yang paling ikonik selain musik mereka adalah dari masing-masing personelnya.

Dibentuk oleh Fred Durst (vokal), Sam Rivers (bass), John Otto (drum), Wes Borland (gitar), dan DJ Lethal (turntables), band ini tidak hanya mencuri perhatian lewat musiknya, tetapi juga penampilan panggung yang eksentrik dan penuh kontroversi. Dengan penjualan album mencapai 40 juta kopi di seluruh dunia, Limp Bizkit menjadi salah satu ikon musik era tersebut. Bagaimana perjalanan mereka merajut kesuksesan? Mari kita telusuri.

Awal Mula: Ide Gila Fred Durst

Kisah Limp Bizkit bermula dari visi Fred Durst, seorang seniman tato yang terpikat oleh budaya hip-hop, mulai dari breakdance hingga rap, namun juga mencintai distorsi keras punk rock dan heavy metal. Berasal dari North Carolina, Fred ingin menciptakan sesuatu yang segar: perpaduan rock dan hip-hop yang belum pernah ada sebelumnya. Sebelum Limp Bizkit lahir, ia sempat bereksperimen dengan beberapa band seperti Split 26, Malachi Sage, dan 10 Foot Shindig, tetapi tak satu pun yang mampu mewujudkan mimpinya.

Pada 1994, Fred mengajak Sam Rivers, seorang bassist, untuk membentuk proyek musik baru. Sam merekomendasikan sepupunya, John Otto, seorang drummer berlatar belakang jazz, untuk bergabung. Ketiganya mulai jamming bersama, hingga akhirnya Wes Borland, gitaris dengan gaya eksperimental, melengkapi formasi. Chemistry di antara mereka begitu kuat, dan Fred memutuskan untuk menamakan band ini Limp Bizkit—nama yang sengaja dipilih untuk memancing rasa penasaran dan memisahkan pendengar yang benar-benar menghargai musik mereka.

Kebangkitan di Skena Underground

Nama Limp Bizkit ternyata berhasil menarik perhatian. Di akhir 1990-an, band ini mulai dikenal di skena musik underground Jacksonville, terutama di Milk Bar, sebuah klub punk yang menjadi saksi daya tarik mereka. “Mereka seperti magnet,” ungkap pemilik Milk Bar, Danny Wimmer, menggambarkan bagaimana Limp Bizkit mampu menarik ratusan penonton dalam hitungan bulan. Popularitas lokal ini membuka pintu bagi mereka untuk tampil sebagai pembuka konser Korn di Hollywood, sebuah langkah besar yang memperluas jangkauan mereka.

Untuk memperkaya suara mereka, Wes Borland mengusulkan penambahan elemen elektronik dengan mengajak DJ Lethal, mantan anggota grup hip-hop House of Pain. Kehadiran DJ Lethal membawa dimensi baru pada musik Limp Bizkit, menguatkan identitas nu metal mereka. Namun, perjalanan tidak selalu mulus. Wes sempat meninggalkan band karena perbedaan visi, meninggalkan tantangan besar bagi Fred dan kawan-kawan.





Langkah ke Panggung Besar

Penampilan panggung yang memukau menarik perhatian label rekaman Mojo, anak perusahaan MCA Records. Sayangnya, kecelakaan fatal dalam perjalanan ke California untuk menandatangani kontrak menghambat rencana tersebut. Di tengah masa pemulihan, Fred berhasil membujuk Wes untuk kembali bergabung. Meski kerja sama dengan Mojo batal, Limp Bizkit mendapat kesempatan baru dari Flip Records, anak perusahaan Interscope, berkat dukungan Fieldy dari Korn. Bersama produser Ross Robinson, mereka merilis album debut Three Dollar Bill, Yall$ pada 1997.

Album ini, meski mendapat kritik pedas dari para pengamat musik Amerika, berhasil menarik perhatian berkat strategi promosi Interscope. Single seperti “Faith” (cover dari George Michael) dan lagu-lagu lainnya mulai diputar di radio-radio dengan segmen musik keras, terutama di Portland, Oregon. Kesempatan tampil di Ozzfest, festival musik besutan Ozzy dan Sharon Osbourne, semakin memantapkan nama Limp Bizkit di kancah nasional.

Puncak Kesuksesan: Significant Other dan Chocolate Starfish

Tidak patah arang dengan respons terhadap album debut, Limp Bizkit melangkah lebih jauh dengan album kedua, Significant Other (1999). Kali ini, Fred Durst dan DJ Lethal diberi kebebasan oleh produser Terry Date untuk mengeksplorasi elemen hip-hop, berkolaborasi dengan musisi seperti Scott Weiland dan Jonathan Davis. Hasilnya? Album ini meledak, menduduki peringkat satu di Billboard 200 dengan penjualan 643.874 kopi di minggu pertama. Limp Bizkit pun menjadi bintang sampul majalah musik ternama seperti Spin.

Kesuksesan berlanjut dengan album ketiga, Chocolate Starfish and the Hot Dog Flavored Water (2000), yang terjual lebih dari satu juta kopi di minggu pertama, memecahkan rekor penjualan mingguan yang sebelumnya dipegang Pearl Jam. Meski menuai ulasan beragam—bahkan disebut sebagai “album terburuk” oleh jurnalis David Browne—album ini mengukuhkan status Limp Bizkit sebagai raksasa nu metal.

Pasang Surut dan Warisan

Setelah puncak kejayaan, Limp Bizkit menghadapi berbagai tantangan, termasuk kepergian Wes Borland pada 2001 dan kontroversi di acara seperti Woodstock ’99. Mereka sempat hiatus, namun kembali dengan album seperti Results May Vary (2003), Gold Cobra (2011), dan Still Sucks (2021). Hingga kini, penggemar masih menanti album Stampede of the Disco Elephants, yang belum jelas kapan akan dirilis.



Dengan tiga nominasi Grammy dan pengaruh besar di dunia nu metal, Limp Bizkit tetap menjadi nama yang relevan. Gaya vokal Fred Durst yang penuh kemarahan, eksperimen sonik Wes Borland, dan penampilan panggung yang teatral menjadikan mereka legenda. Bagi penggemar musik rock dan hip-hop, Limp Bizkit adalah bukti bahwa perpaduan dua dunia bisa menciptakan sesuatu yang abadi.



***

ikuti kami di Google News
Shares: