INIMUSIK.COM – Dalam dunia musik Indonesia, nama Dewa Budjana bukan sekadar gitaris biasa. Pria kelahiran Waikabubak, 30 Agustus 1963, ini mencurahkan hidupnya untuk senar dan fretboard, bahkan rela mengorbankan bangku kuliah demi mengejar mimpi sebagai musisi. Kecintaannya pada gitar tak hanya membawanya dari Surabaya ke Jakarta, tetapi juga menorehkan jejak panjang dalam sejarah musik Tanah Air.
Awal Perjalanan: Dari Surabaya ke Panggung Besar
Dewa Budjana memulai langkahnya di dunia musik sejak SMP. “Saya memilih gitar sebagai jalan hidup,” ungkapnya dalam sebuah wawancara. Pilihan ini membuatnya hanya menamatkan pendidikan hingga SMA, sebuah keputusan yang bagi sebagian orang mungkin terdengar berani, bahkan nekad. Namun, bagi Budjana, musik bukan sekadar hobi—ia adalah panggilan jiwa.
[irp]
Berbekal kemampuan autodidak, ia hijrah ke Jakarta dan bergabung dengan berbagai kelompok musik ternama. Mulai dari Indra Lesmana Grup, Jimmy Manoppo Big Band, hingga Twilite Orchestra, Budjana menunjukkan bakatnya sebagai gitaris serba bisa. Namun, mimpinya tak berhenti di situ. Pada 1992, ia merancang visi membentuk band dengan dua gitaris sebagai inti. Dua tahun kemudian, impian itu terwujud lewat kelahiran Gigi pada 22 Maret 1994, bersama Baron Arafat, Arman Maulana, Thomas Ramadhan, dan Ronald Fristianto.
Gigi: Tonggak Sejarah Musik Indonesia
Band Gigi bukan sekadar band bagi Budjana, tetapi wujud nyata dari hasratnya menggabungkan melodi dan harmoni. Formasi awal band ini langsung mencuri perhatian publik, hingga akhirnya menjadi salah satu ikon musik pop Indonesia. Di balik kesuksesan itu, Budjana tetap rendah hati. Ia bahkan pernah menggelar konser tunggal di Gedung Kesenian Jakarta, sekaligus meluncurkan buku berjudul Gitarku, Hidupku, Kekasihku—sebuah testament atas hubungan intimnya dengan gitar.
Pilihan Hidup yang Tak Biasa
“Orang tua saya hakim, kakak-kakak saya kuliah, tapi saya memilih musik,” cerita Budjana. Meski terkesan memberontak terhadap kemapanan, ia tak pernah merasa terhambat. Dukungan ayahnya justru menjadi angin segar. “Ayah bilang, kalau suka musik, jalani dengan serius,” kenangnya.
[irp]
Keputusan ini terbukti tak sia-sia. Dengan koleksi sekitar 40 gitar yang mayoritas dibeli saat tur ke luar negeri, Budjana menunjukkan dedikasi luar biasa. Namun, ia tetap sederhana. “Saya tidak glamour, biasa saja. Dulu saya suka musik eksperimental, bukan pop,” ujarnya, menepis anggapan bahwa ketenaran selalu identik dengan gaya hidup mewah.
Jazz atau Pop? Budjana Tak Peduli Label
Ketika ditanya apakah ia gitaris jazz atau pop, Budjana hanya tersenyum. “Pemain pop bilang saya jazz, pemain jazz bilang saya bukan jazz. Bagi saya, yang penting main gitar,” katanya santai. Filosofinya sederhana namun mendalam: belajar tak mengenal usia. “Dengan yang muda pun saya harus belajar,” tambahnya.
Cinta Budjana pada musik jazz berakar dari masa remajanya di Surabaya akhir 1970-an, saat jazz rock dan kontemporer sedang tren. Nama-nama seperti Al Di Meola, John McLaughlin, dan grup Weather Report menjadi inspirasinya. Bersama teman-temannya, ia membentuk Squirrel, sebuah band yang ikut arus tren tanpa benar-benar mendalami jazz secara formal. “Kami cuma tahu kulit luarnya,” akunya sambil tertawa.
[irp]
Belajar dari Nol Hingga Jadi Maestro
Kesadaran akan pentingnya ilmu membawanya pada Jack Lesmana, guru yang mengajarkannya standar jazz. Setelah merasa cukup matang, antara 1986 hingga 1993, Budjana menjadi session player, bermain dari pub ke pub, mengisi malam dengan lagu-lagu top 40 hingga jazz murni di klub-klub. Dari sini, ia membuktikan bahwa musik bukan hanya soal bakat, tetapi juga kerja keras dan ketekunan.
Warisan Dewa Budjana
Dewa Budjana bukan sekadar gitaris; ia adalah simbol bahwa passion, jika dijalani dengan sungguh-sungguh, bisa mengantarkan seseorang melampaui ekspektasi. Dari panggung kecil di Surabaya hingga mendunia bersama Gigi, ia terus menginspirasi. Bagi pecinta musik, khususnya penggemar gitar, Budjana adalah bukti hidup bahwa alunan senar bisa menjadi bahasa universal—tanpa batas, tanpa label, dan penuh makna.
***ikuti kami di Google News