COVID-19 yang melanda hampir seluruh dunia melumpuhkan seluruh aktifitas. Masyarakat pun dibatasi ruang geraknya untuk menghambat penyebaran virus tersebut, bahkan di beberapa negara telah menerapkan system lock down.
Di Indonesia khususnya di Bali terhitung kena dampak dari virus mematikan ini sejak Maret 2020. Masayarakat benar-benar diawasi guna menghambat persebaran virus tersebut, bahkan seluruh aktifitas seolah-olah terhenti mengingat perekonomian di Bali khususnya bersumber pada sektor pariwisata.
Sampai akhirnya bulan Juli 2020 pemerintah mengumumkan ke msyarakat untuk menerapkan tatanan kehidupan baru (New Normal). Perlahan tapi pasti aktifitas kembali normal seperti dibukanya kembali bandara, tempat wisata, hotel hinga cafe pun perlahan kembali buka dengan menerapkan system protokol kesehatan yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Tidak kecuali dunia entertaiment, Focus Production pun membuat sebuah gebrakan yang terbilang cukup “gila”. Bali Revival 2020, event musik yang diklaim sebagai konser musik pertama di Bali pasca pandemi, bahkan (mungkin) di dunia digelar pada 15-17 Agustus 2020 bertempat di roof top parkir mobil di Monkey Forest, Ubud.
Sebanyak 230 penonton menjadi saksi konser yang juga digolongkan ke dalam semi drive in concert itu. Sehari gedung itu mampu menampung sekitar 500 mobil sedangkan dalam event itu dibatasi hanya ada 70 mobil saja di bagian roof top dan penonton diberikan space mobil 4×5 meter, sehingga mereka akan menonton konser dari luas 4×5 meter tersebut. “Satu mobil memuat 4 orang saja. Memang dibatasi untuk mencegah kerumunan,”kata Jos Darmawan selaku pemimpin dari Focus Production dan penggagas event itu.
Meski demikian, menurut Jos, tiket seharga 400 ribu rupiah per mobil (dengan empat penumpang didalamnya) telah ludes terjual hanya dalam waktu satu pekan. Pun tidak ada perbedaan dari konser pada umumnya kecuali posisi penonton saja. Kapasitas sound system hingga 80.000 watt menggelegar sampai malam menjelang, maklum saja acara itu hanya berlangsung sekitar 2 jam yakni mulai pukul 16.30-18.30 wita dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Uforia dan kebahagiaan terpancar jelas dari raut wajah penonton yang hadir kala itu ditambah dengan suasana yang sangat luar biasa membuat event spektakuler itu sulit untuk dilupakan dan bahkan belum bisa ditandingi. “Selama covid-19, mereka menyaksikan konser secara virtual. Dan kini mereka menyaksikan langsung bahkan tidak hanya penonton artis nya pun merasakan getaran yang begitu luar biasa,” sambung Joss.
Meski digelar secara mendadak dan minim persiapan, event itu patut diancungi jempol. Tak secuil pun terlihat raut menyesal dari penonton atau artis sepulang event itu, semua bahagia bahkan Gede Robi vokalis dari Navicula memuji event itu. “sejarah patut mencatat event ini,”paparnya.
Parkir yang biasanya sepi disulap menjadi gemerlap layaknya konser mewah seperti Soundadrenaline maupun syncronest fest. Saat memasuki areal konser, pengamanan protokol kesehatan dilakukan dengan ketat. Dan sebelum event dimulai, terlebih dahulu petugas melakukan penyemprotan desinfektan, juga pengecekan suhu tubuh kepada setiap pengunjung.
Di sekitaran panggung, banyak terdapat tempat cuci tangan. Puluhan petugas terlihat cermat mengawasi setiap penonton yang masuk bersama mobilnya.
Terdapat tiga penampil. Diantaranya grup anyar besutan Pohon Tua Creatorium, ‘Manja’, ‘Di Ubud band’ yang sudah malang melindang di skena musik Bali sejak tahun 2000′ an serta trio folk ballad, Dialog Dini Hari.
Di hari kedua, (Minggu, 16/08) terdapat Penyanyi lokal Dek Ulik, Jun Bintang, The Strongking serta sang ‘Jazz-man’ Balawan turut ambil bagian dalam gelaran itu. Dan hari terkhir (Senin 17/08) giliran Lolot, The Hydrant dan Navicula yang menghentak moshphit.
Setiap penampil mendapatkan jatah selama setengah jam. Rata-rata mereka membawakan lima sampai enam lagu. “Tidak ada sambutan hanya melalui pemutaran melalui video dan tidak ada master of ceremony (MC), ini kami lakukan untuk mengurangi interaksi di atas panggung termasuk di belakang panggung pun crew kami sangat batasi bahkan awak media juga kami batasi,”papar Jos.
Salah satu penonton, Vanesa mengungkapkan kegiranganya saat menyaksikan konser ini. “Sudah lama banget kangen nonton konser, dan sekarang kesampaian,”ungkapnya sumringah.
Meski begitu, menyaksikan konser di saat musim corona membuatnya tak bisa leluasa. Ia hanya bisa dari sekitaran mobil yang ia naiki. “Ribet juga sih tapi nikmati saja lah, ini hanya perlu penyesuaian saja, semoga kedepan kondisinya membaik, obatnya ditemukan biar bisa bersenang-senang lagi,”selorahnya.
Made, penonton lainnya yang sempat ditemui mengatakan meski ticketnya terdegar mahal sebenarnya lebih diuntungkan jika menonton konser biasa. “Biasanya kan dihitung per orang itu ada sampai 175/ hari, nah ini 1 mobil 400 ribu dan tinggal cari teman, patungan deh jatuhnya lebih murah,”sahutnya. (Red/Shi/Bhi/IMC)
ikuti kami di Google News