INIMUSIK.COM – Setelah sekian lama vakum dari dunia tarik suara, penyanyi pop Bali yang sempat populer di awal 2000-an, Mang Jana, akhirnya kembali meramaikan belantika musik Bali. Ia hadir membawa lagu baru bertajuk Setonden Pawah, sebuah karya yang menjadi pelipur lara sekaligus ungkapan jujur dari pengalaman pribadinya.
Nama Mang Jana tentu tak asing bagi penggemar lagu pop Bali. Lagu-lagu seperti Kena Kecangkik, Layang-Layang, hingga Kepasilan sempat melejitkan namanya. Namun, sejak dipercaya menjadi Kepala Desa Tumbak Bayuh, Mengwi, Badung, aktivitas bermusiknya perlahan meredup. Selama hampir delapan tahun terakhir, pria asal Landih, Bangli ini nyaris tak merilis karya baru. Lagu terakhir yang sempat ia produksi sendiri adalah Cucune Nakal dan Boya Pegawai Negeri.
Kini, sosok yang dikenal ramah ini kembali bersuara, bukan karena ambisi, melainkan sebagai bentuk penyembuhan diri. “Saya sempat mengalami masa-masa sulit, terutama setelah istri saya meninggal dua tahun lalu. Rasanya hidup jadi hampa. Akhirnya saya mencoba mencari pelarian—berkumpul dengan teman, ngobrol, lalu menyanyi. Ternyata menyanyi bisa menenangkan hati,” ungkap pemilik nama lengkap I Nyoman Sarjana kepada sejumlah wartawan di Denpasar, Senin (5/12).
Lagu Setonden Pawah, yang berarti ‘sebelum ompong’ dalam bahasa Indonesia, ia ciptakan berdasarkan perenungan pribadi. Menurutnya, selama fisik masih bugar dan suara masih lantang, tak ada salahnya terus bernyanyi. “Mumpung masih bisa, ya menyanyi saja. Setonden pawah, hibur diri selagi mampu,” ujarnya sambil tersenyum.
Lagu ini digarap bersama musisi senior Dewa Mayura yang dikenal sebagai salah satu pencipta lagu pop Bali berbakat. Musiknya dibuat ringan dan jenaka, sesuai dengan karakter Mang Jana yang santai dan humoris. Untuk video klip, ia menggandeng Andy Duarsa sebagai sutradara.
Mang Jana menegaskan bahwa ia tidak sedang mengejar popularitas. “Niat saya sederhana, hanya untuk ngelimurang manah, menghibur hati sendiri. Apalagi sekarang banyak penyanyi muda yang berbakat, saya cuma ingin menikmati prosesnya,” katanya merendah.
Perjalanan musik Mang Jana dimulai dari pertemuan dengan mendiang Wayan Sudiana, yang kemudian mengajaknya bergabung di Canting Camplung Record. Bersama label ini, ia ikut dalam beberapa album kompilasi, termasuk yang melejitkan lagu Kena Kecangkik dan Layang-Layang karya Ketut Wanata. Setelah itu, ia sempat berkarier di Bali Record dan Aneka Record, termasuk dalam album Kepasilan dan Kegurat di Hati.
“Saya tidak pernah bercita-cita menjadi penyanyi. Saya anak kampung, dari pelosok desa, rasanya tidak mungkin. Tapi ternyata hidup membawa saya ke sana. Begitu juga saat saya menjadi kepala desa, itu pun tak pernah saya bayangkan sebelumnya,” tuturnya.
Meski kini sibuk sebagai pemimpin desa, ia tetap menyempatkan waktu untuk menyanyi di berbagai kesempatan. Bahkan, masyarakat masih mengenalnya sebagai penyanyi lagu pop Bali, dan tak jarang memintanya tampil di acara-acara desa.
Baca juga:
Soal masa depan, Mang Jana memilih untuk tidak banyak berharap. Ia lebih fokus menjalankan amanah sebagai kepala desa dan terus berusaha memberi dampak positif bagi masyarakat. Namun satu yang pasti, selama masih bisa bernyanyi, Mang Jana tak akan ragu untuk menyuarakan isi hatinya lewat lagu.
***ikuti kami di Google News