The Bardogs memperingati valentine dengan merilis single terbaru mereka Sydney. Dimana single teranyarnya itu mereka rilis secara digital.
Dibanding mini album Southern Soul (2019) yang lekat dengan balutan blues single ini justru lebih terkesan ‘mendayu’ namun maskulin.
Paul, sang vocalis bercerita kalau single itu lebih ke power ballad, dan mereka mencoba sesuatu yang baru, sedangkan secara komposisi musik ini lebih ke mayor dan pop. “Kalo yang sebelumnya ada southern, ada bluesnya,” katanya. Minggu, 14 Februari 2021.
Kata dia, lagu ini kerap dilantunkan The Bardogs ketika tampil ‘live’, namun agaknya sekarang ia merasa mantap untuk memperkenalkannya secara resmi ke khalayak umum.
“Single ini sesungguhnya kami garap tahun lalu, namun karena banyak pertimbangan, salah satunya karena pandemi COVID-19 kita pikir-pikir lagi buat diluncurkan,” tambahnya.
Berbicara tentang makna lagu, sejatinya Sydney merupakan sebuah ungkapan rasa emosi tatkala perjuangan cinta tak tak dihargai. Saat semua pengorbanan yang ditempuh demi sebuah pertemuan dibalas dengan perselingkuhan.
Barangkali, lagu ini dapat menjadi teman yang sempurna untuk ‘mendramatisasi’ hari-hari yang kalut maupun putus cinta, sebuah nuansa yang lain di hari Valentine.
“Sydeney sebernya sebuah lagu tentang selingkuh sih, bercerita saat si cowok sudah berusaha semampu mungkin untuk menemui kekasihnya, beli tiket eh tahu-tahu di sudah punya kekasih baru, nah si ciwok ini merasa marah karena pengorbanan yang sudah dia lakukan yang sebenarya dapat dia lakukan untuk hal lain, sama sekali tak terbalas,” ungkap Paul selaku penulis lirik.
Sesungguhnya, The Bardogs bukanlah nama baru dalam kancah musik di Bali, khusunya skena musik bar maupun cafe di kawasan Kuta hingga Canggu. Tak terkungkung dalam kolam itu, tak tanggung-tanggung pada akhir tahun 2019 silam mereka melakukan tour di Prancis untuk memperkenalkan musik yang mereka bawakan.
Selain di luar negeri, beberapa kali, band yang terbentuk tahun 2014 itu telah tour di beberapa tempat di tanah air. Kendati demikian, ada suatu fenomena yang terbilang ‘ironis’, lantaran pendengar musik The Bardogs masih didominasi oleh kalangan ‘bule’.
“Tentunya, kita berharap supaya musik dan genre yang kita bawakan dapat didenger maupun diterima oleh berbagai kalangan,” tandasnya.
Pun, ada suatu hal baru dihadirkan oleh grup yang digawangi oleh Paul (gitar & vokal), Deny (bass), Weldy (gitar), Romi (drumm) dan Jason (keyoard) itu. (Redaksi/DHI/Rls)
ikuti kami di Google News