Setelah peniantian panjang akhirnya Djorocks band asli Bali menelurkan single perdananya bertajuk “Politik Fanatik”, Selasa (17/12/2019) di Warung Uma Abian, Jl. Ida Bagus Japa, Pagutan Batubulan – Gianyar.
Band yang beranggotakan Deddy Cahyadi ( Lead Guitar, Backing Vocal), Dolar Joe (Bass, Lead Vocal) dan Dharma Sena/ Lolet (Drum) ini sepakat untuk tetap bermain dijalur kiri.
Penuturan Dolar, Djorocks awalanya sebuah band project pribadinya untuk menampung ide – ide “liarnya” yang dituangkan lewat lagu berbahasa Bali. Disamping itu. memang keinginannya untuk berkarya atau ikut memeriahkan blantika musik Bali dengan gaya dan karakter bermusik secara sederhana tapi menampilkan musik yang elegan, punya kualitas dan daya tarik tersendiri. “Orang kenal saya di band The Rolic tapi di sini (Djorock band) saya tampil lebih manis tapi tetap tidak lepas dari jati diri saya,”katanya.
Punk menjadi pilihan background attitude dalam tubuh Djorocks bukan sekedar genre musik, melainkan punk itu sebagai landasan kebebasan dalam berekspresi dari band Djorocks. Badn yang terbentuk pertengahan tahun 2016 ini memiliki kisah unik dimana awalnya Dolar mengajak Shandi vocalis sekaligus gitaris dari Broken Radio dan Oka Rebelion serta Andre Nobitha namun nyatanya hanya mampur bertahan hingga proses pembuatan demo – demo. “Vacum lagi dan akhirnya sampai formasi saat ini sejak pertengan tahun 2018,”tuturnya.
Menurut Dolar, nama Djorock memiliki filosofi yang unik yakni hidup ini berawal dari hal – hal yang jorok. “Kita lahir dari hal jorok yang dilakukan oleh orangtua kita kan,”candanya.
Terkait lagu “Politik Fanatik”, priua yang juga seorang wirausahawan ini menuturkan jika lagu itu ia ciptakan bersama Jerik Vanesa personel dari Rabbit03.
Menurutnya, lagu itu terinspirasi dari keresehannya dalam situasi politik di negeri ini. Dari zaman orda baru sampai era demokrasi seperti sekarang ini kejadian yang sama malah semakin menjadi. Seakan masyarakat sengaja di benturkan atas doktrin politik yang menghalalkan segala cara untuk menunjang sepak terjang para elit politik yang ingin naik pentas. “Maka yang korban itu adalah masyarakat yang sudah terdoktrin dan menjadi fanatik hingga membela terlalu berlebihan. Mereka lupa akan persaudaraan,”tegasnya.
Lagu berdurasi 4 menit 54 detik ini sudah dilengkapi dengan video clip. Video clipnya pun dikonsep sesederhana mungkin dengan menonjolkan muka para personil dan bisa menyampaikan pesan dan di padukan dengan gambar dari koleksi youtube. “Simple saja sih ga terlalu mewah tapi tidak terlalu terlalu terlihat sederana. Kami hanya ingin menonjolkan pesan di lagu ini,”tutupnya.
Mereka pun mengharapkan bisa diterima dan bisa menjadi warna baru bagi industri musik Bali. Semakin solid dan bisa memberikan pesan positive kepada penikmat musik. (Red/Pra/IMC)
ikuti kami di Google News