INIMUSIK.COM – Apakah kalian mengenal D.O.T? Sebuah group band yang populer era 90-an. Jika kalian mengetahui salah satu personelnya tentu akan langsung berucap, ooh ini!
Salah satu hits single mereka adalah Jangan Jangan, D.O.T muncul sebagai angin segar dengan gaya pop rock yang catchy dan lirik yang mudah diingat. Didirikan pada 5 September 1997, band ini digawangi oleh dua kakak beradik, Adam Glen Doly (gitar) dan Esa Saeful Rahman alias Eza Yayang (drum, vokal), yang berhasil mencuri perhatian pecinta musik Tanah Air.
Meski sempat vakum selama beberapa tahun, D.O.T tetap menjadi salah satu ikon musik Indonesia yang relevan hingga kini. Artikel ini akan mengupas tuntas perjalanan D.O.T, dari awal terbentuk hingga karya-karya terbarunya, dengan gaya yang santai namun informatif, sekaligus ramah untuk mesin pencari.
Awal Mula D.O.T: Kakak Beradik dengan Mimpi Besar
D.O.T lahir di Bandung, kota yang dikenal sebagai salah satu lumbung band berkualitas di Indonesia. Nama “D.O.T” sendiri bukan sekadar akronim yang keren, tetapi mencerminkan semangat sederhana namun penuh energi dari dua pendirinya, Adam dan Eza. Awalnya, band ini hanya beranggotakan keduanya, dengan Adam mengisi gitar dan Eza di drum sekaligus vokal. Chemistry kakak-adik ini menjadi fondasi kuat yang membuat D.O.T punya warna musik yang khas: perpaduan pop rock dengan sentuhan bubblegum pop ala The Moffatts yang sangat populer di era 90-an.
Pada tahun 1998, D.O.T mulai menarik perhatian label besar, Musica Studio’s, yang kemudian mendukung perilisan album perdana mereka. Album bertajuk Jangan-Jangan dirilis pada tahun yang sama, dengan single andalan berjudul sama yang langsung meledak di pasaran. Lagu ini kerap diputar di radio-radio nasional, menjadi anthem bagi anak muda yang sedang jatuh cinta atau galau pada masa itu. Kesuksesan ini membuat D.O.T mulai diperhitungkan sebagai salah satu band baru yang menjanjikan.
Sebelum merilis album perdana, D.O.T merekrut Aroel sebagai bassist untuk memperkuat formasi. Kehadiran Aroel membawa dinamika baru, membuat musik mereka semakin solid. Tak berhenti di situ, setahun kemudian, pada 1999, D.O.T kembali dengan album kedua berjudul Siapa Kamu. Album ini mempertahankan nuansa pop rock yang manis, dengan lagu andalan “Siapa Kamu” yang tak kalah populer. Lirik-liriknya yang sederhana namun relatable, seperti tentang cinta dan pertemanan, membuat D.O.T mudah diterima oleh berbagai kalangan pendengar.
Drama dan Kontroversi: Ujian di Puncak Karier
Namun, perjalanan D.O.T tidak selalu mulus. Di tengah popularitas mereka, Adam dan Eza tersandung kasus kontroversial pada awal 2000-an. Keduanya terlibat dalam insiden pengeroyokan terhadap seorang bule bernama Scott di sebuah kafe di Jakarta. Kasus ini sempat menjadi sorotan media dan berujung pada proses hukum di kepolisian. Meski akhirnya selesai, insiden ini sedikit banyak memengaruhi citra band. Namun, D.O.T berhasil bangkit dengan menunjukkan bahwa musik mereka tetap menjadi fokus utama.
Setelah merilis dua album sukses, D.O.T tiba-tiba menghilang dari panggung musik Indonesia. Selama kurang lebih sembilan tahun, band ini vakum tanpa karya baru. Kesibukan masing-masing personel menjadi alasan utama. Eza, misalnya, disibukkan dengan proyek film pendek, sementara Adam fokus pada proyek musik lainnya. Meski demikian, mereka mengaku tetap memantau perkembangan musik Indonesia selama masa hiatus tersebut, memastikan bahwa mereka tidak benar-benar kehilangan sentuhan dengan industri.
Comeback Epik: Kembali ke Panggung dengan Warna Baru
Setelah hampir satu dekade absen, D.O.T membuat gebrakan dengan kembali ke industri musik pada 2008. Mereka merilis album ketiga berjudul Belahan Jiwa, dengan single utama yang juga berjudul sama. Album ini menghadirkan nuansa pop rock yang lebih dewasa, namun tetap mempertahankan ciri khas mereka: melodi yang easy listening dan lirik yang menyentuh hati. Sayangnya, album ini tidak sesukses dua album sebelumnya di pasaran, mungkin karena persaingan ketat dengan band-band baru yang mulai bermunculan saat itu.
Untuk memperkuat penampilan live mereka, D.O.T menggaet Reno Alvino sebagai additional drummer. Kehadiran Reno membawa energi baru, terutama pada konser-konser mereka. Namun, kabar duka menyelimuti band ini ketika Reno meninggal dunia pada 2011, tak lama setelah menyaksikan acara SEA Games. Kepergian Reno menjadi pukulan berat, tetapi D.O.T tidak menyerah. Mereka kemudian mengajak Jeane Phialsa, atau yang akrab disapa Alsa, seorang drummer muda berbakat berusia 14 tahun, untuk mengisi posisi additional drummer. Alsa, yang mulai belajar drum sejak usia 8 tahun, membawa warna baru dengan gaya bermainnya yang enerjik dan penuh semangat.
Pada 2011, D.O.T merilis single berjudul Cuma Kamu, sebuah lagu yang kembali mengingatkan penggemar akan pesona mereka di era 90-an. Penampilan mereka di The 90’s Festival pada 2019 menjadi salah satu momen reuni yang penuh nostalgia. Dengan formasi awal Adam, Eza, dan Aroel, ditambah Alsa di drum, D.O.T berhasil menghidupkan kembali kenangan indah era 90-an dengan membawakan lagu-lagu seperti “Cuma Kamu” dan “Jangan-Jangan”. Eza, sebagai vokalis, juga dikenal suka melempar candaan di panggung, membuat penampilan mereka terasa hangat dan dekat dengan penonton.
Warna Musik D.O.T: Slow Beat yang Abadi
Salah satu ciri khas D.O.T adalah gaya musik mereka yang mengusung slow beat bergaya 80-an, dipadukan dengan nuansa pop rock yang manis. Lagu-lagu seperti “Jangan-Jangan”, “Siapa Kamu”, “Rindu”, serta “Cinta dan Sahabat” memiliki melodi yang mudah diingat dan lirik yang sederhana namun penuh makna. Gaya ini terasa timeless, bahkan ketika dibandingkan dengan tren musik modern yang lebih didominasi EDM atau K-pop. D.O.T membuktikan bahwa musik yang sederhana namun tulus masih punya tempat di hati pendengar.
Pengaruh musik pop rock internasional, seperti The Moffatts, sangat terasa di karya-karya awal mereka. Namun, D.O.T juga pintar memadukan elemen lokal yang membuat musik mereka terasa dekat dengan pendengar Indonesia. Lirik-lirik mereka sering kali bercerita tentang cinta, persahabatan, dan kerinduan, tema-tema universal yang tetap relevan hingga kini.
Formasi Band dan Kiprah Alsa sebagai Drummer Muda
Saat ini, formasi D.O.T terdiri dari Adam (gitar), Eza Yayang (drum, vokal), Aroel (bass), dan Alsa (additional drummer). Alsa, yang lahir pada 4 Juni 1993 di Depok, menjadi sorotan karena keberaniannya tampil di panggung besar meski usianya masih sangat muda saat bergabung. Dengan pengalaman belajar drum dari institusi seperti Ritmik Depok dan Farabi, serta pengaruh drummer legendaris seperti Gilang Ramadhan dan Mike Portnoy, Alsa membawa dinamika baru ke dalam penampilan live D.O.T. Hobinya yang beragam, mulai dari main PS hingga bermain bola, juga membuatnya jadi sosok yang relatable bagi penggemar muda.
Mantan personel seperti Djojo (bass) dan Reno Alvino (drummer) juga pernah menjadi bagian dari perjalanan D.O.T, meninggalkan jejak penting dalam sejarah band ini. Meski formasi sempat berubah, inti dari D.O.T tetap dipegang oleh Adam dan Eza, yang terus menjaga semangat band ini hidup.
Tantangan dan Harapan di Era Modern
Industri musik Indonesia kini jauh berbeda dari era 90-an. Dengan munculnya platform streaming seperti Spotify dan persaingan dari genre baru seperti K-pop dan musik indie, D.O.T menghadapi tantangan untuk tetap relevan. Namun, kehadiran mereka di acara-acara nostalgia seperti The 90’s Festival menunjukkan bahwa penggemar setia mereka masih ada. Lagu-lagu seperti “Jangan-Jangan” dan “Siapa Kamu” tetap menjadi favorit di kalangan penggemar musik 90-an, sementara single seperti “Cuma Kamu” berhasil menarik perhatian generasi baru.
Ke depannya, D.O.T diharapkan terus berkarya dengan menghadirkan musik yang tetap setia pada akar pop rock mereka, namun juga mampu beradaptasi dengan selera modern. Kolaborasi dengan musisi muda atau eksperimen dengan elemen musik baru bisa menjadi langkah strategis untuk memperluas jangkauan mereka. Dengan pengalaman dan dedikasi yang dimiliki Adam, Eza, Aroel, dan Alsa, D.O.T punya potensi untuk terus menghibur dan menginspirasi.
Mengapa D.O.T Layak Diingat?
D.O.T bukan sekadar band yang menghibur, tetapi juga cerminan dari semangat anak muda Indonesia di era 90-an yang penuh mimpi dan energi. Meski sempat vakum dan menghadapi berbagai tantangan, mereka berhasil bangkit dan membuktikan bahwa musik berkualitas tidak pernah lekang oleh waktu. Dari “Jangan-Jangan” hingga “Cuma Kamu”, karya-karya mereka adalah bukti bahwa musik bisa menjadi jembatan antargenerasi.
Bagi kamu yang rindu dengan nuansa pop rock 90-an atau ingin mengenal lebih dekat band legendaris ini, dengarkan kembali album-album D.O.T di platform streaming favoritmu. Siapa tahu, lagu-lagu mereka bisa membawa kamu kembali ke kenangan manis atau justru menjadi inspirasi baru. Apa pendapatmu tentang perjalanan D.O.T
***ikuti kami di Google News








