INIMUSIK.COM – Dunia seni Indonesia kembali kehilangan salah satu bintang besarnya. Penyanyi legendaris Titiek Puspa menghembuskan napas terakhir pada Jumat, 20 April 2025, di Rumah Sakit Medistra, Gatot Subroto, Jakarta. Kabar duka ini menyisakan luka mendalam bagi penggemar dan insan seni Tanah Air yang telah lama mengagumi perjalanan karier sang diva.
Sebelum meninggal dunia, Titiek sempat menjalani perawatan intensif selama beberapa minggu di rumah sakit. Ia juga menjalani operasi kepala akibat pendarahan yang dideritanya, sebuah perjuangan terakhir yang akhirnya tak bisa ia menangkan.
Jejak Hidup Titiek Puspa: Dari Tanjung ke Panggung Gemerlap
Lahir pada 1 November 1937 di Tanjung, Kalimantan Selatan, Titiek Puspa hadir ke dunia dengan nama asli Sudarwati. Nama ini kemudian berganti menjadi Kadarwati, lalu Sumarti, sebelum akhirnya ia dikenal luas sebagai Titiek Puspa. Nama “Titiek” adalah panggilan akrabnya sehari-hari, sementara “Puspa” diambil dari nama ayahnya yang bermakna bunga—sebuah simbol yang mencerminkan keindahan karya seni yang ia persembahkan sepanjang hidupnya.
Titiek bukan sekadar penyanyi; ia adalah seniman serba bisa yang mencatatkan namanya dalam berbagai bidang seni. Dari seni peran, musik, teater, hingga koreografi, ia menjelma menjadi ikon yang menginspirasi banyak generasi. Bahkan, ia pernah menjadi bintang iklan yang menghiasi layar kaca, menambah warna dalam kariernya yang gemilang.
Awal Karier: Nyanyian Jawa dan Panggung Hiburan
Perjalanan Titiek di dunia hiburan dimulai dari ketertarikannya pada nyanyian Jawa. Meski tak dibesarkan dalam lingkungan yang mendukung hasrat seninya, ia memberanikan diri mengikuti festival musik tanpa sepengetahuan keluarga. Langkah berani itu membuahkan hasil manis: pada 1954, ia meraih gelar Juara Bintang Radio Jenis Hiburan tingkat Jawa Tengah. Kemenangan ini menjadi titik awal yang membawanya menuju panggung yang lebih besar.
Dari sana, Titiek bertemu dengan Sjaiful Bachri, pimpinan Orkes Simphony Jakarta, yang mengangkatnya sebagai penyanyi tetap. Ia juga mendapat bimbingan dari Iskandar, pencipta lagu terkenal, serta Zainal Ardi, suaminya yang merupakan penyiar Radio Republik Indonesia Jakarta. Nama Titiek pun mulai melambung di dunia tarik suara, meski saat itu ia belum banyak menciptakan lagu sendiri.
Puncak Kreativitas: Album dan Penghargaan
Titik balik karier Titiek terjadi pada 1963, ketika ia merilis album Si Hitam dan Pita. Album yang berisi 12 lagu ciptaannya sendiri ini meledak di pasaran dan menjadi bukti bakatnya sebagai pencipta lagu. Kemampuannya tak hanya berhenti di situ. Pada 1994, ia diganjar BASF Award ke-10 untuk kategori Pengabdian Panjang di Dunia Musik, sebuah pengakuan atas dedikasinya yang tak pernah padam.
Tak puas hanya bernyanyi, Titiek juga menjajal dunia akting. Sejak 1966, ia membintangi lebih dari sepuluh film, termasuk Minah Gadis Dusun (1966), Bawang Putih (1974), dan Inem Pelayan Sexy (1976). Ia juga aktif di teater televisi dan menjadi wajah beberapa iklan ternama. Hidupnya benar-benar dipersembahkan untuk seni.
Penghargaan dan Warisan Abadi
Sepanjang kariernya, Titiek mengumpulkan berbagai penghargaan bergengsi. Pada 2018, ia menerima Indonesian Choice Awards: Lifetime Achievement dan Anugerah Komisi Penyiaran Indonesia: Pengabdian Seumur Hidup, dua bentuk apresiasi atas kontribusinya yang luar biasa. Karya dan semangatnya menjadi warisan abadi bagi industri hiburan Indonesia.
Detik Terakhir Sang Legenda
Sebelum berpulang, Titiek sempat dirawat di rumah sakit setelah menjalani syuting untuk sebuah program televisi swasta. Menurut manajernya, Mia, kelelahan menjadi penyebab awal ia dilarikan ke rumah sakit. Kondisinya memburuk hingga akhirnya ia harus menjalani operasi kepala. Namun, takdir berkata lain, dan Indonesia kehilangan salah satu putri terbaiknya.
Kepergian Titiek Puspa bukan hanya akhir dari sebuah era, tetapi juga pengingat akan keindahan seni yang ia ciptakan. Namanya akan terus dikenang, seperti bunga yang tak pernah layu di hati penggemarnya. Selamat jalan, sang legenda.
***ikuti kami di Google News